Oleh: Imron Rosidi
Perlahan aku melangkah
Melewati mulut pintu menganga sempit
Terlihat bola-bola mata yang baru aku kenal
menancap ke mukaku
Mr. Bill meraih pundakku
Tidak terlepas sampai aku mengangguk
Jarum jam panjangku melewati dua angka
Dari angka-angka yang telah disepakati
Aku menundukkan kepalaku, sampai daguku
tak terlihat lagi, bersembunyi di antara kedua kerah bajuku
Rasa malu mulai menyeruak, karena itu sudah kebiasaanku
Saat waktu bukan lagi yang didambakan
Saat waktu bukan lagi yang dihargakan
Saat waktu bukan lagi yang dijunjungkan
Di atas segala yang diharapkan
Itulah yang berbeda aku dengan Mr. Bill
Aku mulai mengerti mengapa Mr. Bill meraih pundakku
Agar aku cepat dalam melangkah
Untuk dapat mengagungkan jarum jamku
Melewati waktu tanpa tertinggal dalam sedetikpun
Setiap detak jarum,
tidak terlewatkan dari angka yang telah dicatatkan
Aku mulai mengerti, mengapa Mr. Bill meraih pundakku
Berbicara dengan mata merah kepadaku
Aku harus berubah, berubah dari kebiasaan nenek moyangku
Yang waktu bukan segalanya
Terlambat langkah sudah biasa
Tempat duduk tanpa tuan selalu dirasa
Aku harus berubah
Jakarta, 4 Mei 2006
Sebelum pemberangkatan ke Amerika
0 Response to "puisi"
Posting Komentar