KETIKA HARUS BERPISAH

Pohon-pohon, hawa dingin,
dan buah apel di punggung-punggung batu
Bersinar di kala rembulan bertengger persis di atas kepalaku
dan diikuti mentari mengintip di ufuk timur rumahku
Aku mulai melambaikan tanganku
pada gedung candradimuka
dengan teori-teori kepemimpinan
Teori-teori yang serba bernilai A
Mampukah aku membawa amanat itu?

Aku mulai ragu, kadang-kadang kepalaku harus bergeleng-geleng
Aku ingat bapak-bapakku mengepalkan tangannya
Teman-temanku dengan cekatan menarikan pena-penanya
Tak lupa jemariku memberi warna merah pada tulisannya
Tapi, aku tak sanggup untuk berteriak lantang seperti kepalanmu
Berbicara tajam seperti penamu
Memimpin adil seperti warna merahmu

Aku mulai berpikir untuk tidak berpaling
Aku tak sanggup melihat teman-temanku
yang berdegup jantung seiring desiran darahku
tak kuasa membawa beban dalam genggam di tanganku

Aku mulai berpikir untuk terus menyorotkan mataku
Melihat setitik cahaya
Bersinar tanpa paksa dan ambisi
Berjalan lurus
Mengikuti aliran sungai tanpa dibendung
Deburan ombak tanpa dihambat
Jatuhnya hujan tanpa ditolak
Mampukah aku?
Imron Rosidi
SMKN 2 Pasuruan

0 Response to "KETIKA HARUS BERPISAH"

Posting Komentar