otobiografi

MASA KECILKU 1


            Aku mungkin tidak akan pernah tahu kalau aku dilahirkan pada 10 Juni 1966 kalau kedua orang tuaku tidak mencatatkannya dalam sebuah akta kelahiran. Aku juga mungkin tidak akan pernah tahu kalau masa kecilku penuh dengan kesengsaraan kalau ayah ibuku tidak memberitahuku. Semua yang aku tahu tentang diriku akan aku tulis dalam sebuah catatan bersambung dalam blog-ku ini.
            Aku dilahirkan dari rahim seorang ibu yang bernama Rusma (almarhumah), seorang ibu sederhana dari sebuah desa terpencil, yaitu pulau Bawean dengan seorang ayah bernama M.Hasan (almarhum) yang memiliki darah campuran Madura dengan Mojokerto. Ibuku seorang wanita yang hanya mengenyam bangku SR (Sekolah Rakyat) setingkat SD saat ini, sedangkan ayahku lulusan SMP. Meskipun ibuku hanyalah lulusan SR, beliau memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap pendidikan anak-anaknya.
            Hidup serba kekurangan tidak membuat kedua orang tuaku lupa menyekolahkan aku. Di masa kecilku, aku hidup dengan kedua kakakku dan seorang adik di sebuah rumah kos-kosan yang hanya memiliki satu ruang, sekitar 3 x 4 meter. Kos-kosan itu milik Omku yang hidupnya lebih beruntung dari kedua orang tuaku. Kos-kosan itu berada di jalan Bolodewo, Surabaya.
            Di tempat kos-kosan itu, Imron kecil yang sekarang bisa mengenyam pendidikan doktoral di Universitas Negeri Malang menjalani hidup serba kekurangan. Sampai-sampai aku dititipkan ke Bulik (adik ibu) di pulau Bawean karena aku sakit-sakitan (sakit kulit) dan bapak ibu tidak mampu mengobati. Di pulau Bawean aku dirawat nenek dan bulik dengan diberi minyak kayu yang dibakar serta lauk tokek dan cecak.
            Hidup serba kekurangan tidak membuat ibuku putus asa. Beliau merawat anak-anaknya, termasuk aku dengan cara membanting tulang, berjualan apa pun yang penting bisa mendatangkan uang. Aku masih ingat bagaimana cara ibuku mendulang (memberi makan adikku). Cukup dengan nasi putih yang agak kuning (nasi kopal/koperasi angkatan laut) ditambah dengan air di lepek, selanjutnya nasi diulek supaya halus. Ya ... hanya itu yang dapat orang tuaku berikan agar perut anaknya terisi, termasuk yang diperlakukan kepadaku. Bersambung .....

0 Response to "otobiografi"

Posting Komentar